Jumat, 09 April 2010

HIDROKARBON AROMATIK

Benzena (C6H6) adalah senyawa induk dari golongan besar zat organic ini.
Benzena berupa molekul segi enam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada keenam sudutnya. Semua ikatan karbon-karbon sama panjang dan kuatnya, sama halnya dengan semua ikatan karbon-hidrogen, dan semua sudut CCC dan HCC adalah 1200. Jadi, setiap atom karbon terhibridisasi sp2, setiap atom itu membentuk tiga ikatan sigma dengan dua atom karbon disebelahnya dan dengan atom hydrogen. Susunan ini menyisakan satu orbital 2pz yang tidak terhibridisasi pada setiap atom karbon, tegak lurus terhadap bidang molekul benzene atau cincin benzene. Dalam melekul etilena, tumpang tindih dua orbital 2pz menghasilkan satu orbital molekul ikatan dan satu orbital molekul antiikatan, yang terlokalisasi pada kedua atom C. tetapi, interaksi orbital 2pz dalam benzene mengarah pada pembentukan orbital molekul terdelokalisasi, yang tidak terbatas diantara kedua atom bersebelahan yang saling berikatan saja, tetapi juga meluas hingga tiga atom atau lebih.
Molekul benzene dapat mengalami reaksi substitusi. Jika benzene dengan satu atom H digantikan oleh atom satu gugus atom yang lain disebut dengan monosubstituen. Contohnya: etilenbenzena, klorobenzena, aminobenzena, nitrobenzene, hidroksibenzena, dan masih banyak lagi dengan gugus yang berbeda-beda.

etilbenzena klorobenzena aminobenzena hidroksibenzena
( aniline ) ( fenol )
Jika benzene dengan dua atom H digantikan oleh atom atau gugus lain disebut disubstituen dan menghasilkan tiga macam isomer berdasarkan letak kedua gugus. Jika kedua gugus berdekatan dinamakan orto; jika kedua gugus dipisahkan satu atom C dinamakan meta; dan jika kedua gugus dipisahkan dua atom C dinamakan para. Gugus yang menggantikan atom H pada benzene bisa sama ataupun berbeda yang memungkinkan dihasilkannya senyawa turunan benzene yang lebih banyak sebagai bagian dari senyawa karbon.

orto-dibromobenzena meta-dibromobenzena para-dibromobenzena
Sejumlah besar senyawa dapat dibuat dari zat-zat dengan cincin benzene yang digabungkan. Yang paling terkenal dari senyawa semacam ini adalah naftalena, yang digunakan dalam kamper. Senyawa ini dan banyak senyawa serupa lainnya terdapat dalam aspal cair. Beberapa senyawa dengan beberapa cincin merupakan karsinogen yang kuat-senyawa tersebut dapat menyebabkan kanker pada manusia dan binatang.

Alkuna

Alkuna mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2 dengan n = 2, 3, …..Alkuna yang paling sederhana adalah etuna, yang lebih dikenal sebagai asetilena C2H2 berupa gas tidak berwarna yang dibuat melalui reaksi antara kalsium karbida dengan air.
CaC2 (s) + 2 H2O (l) → C2H2 (g) + Ca(OH)2 (aq)
Asetilena mempunyai banyak kegunaan penting dalam industry, karena kalor pembakarannya yang tinggi. Asetilena yang dibakar dalam obor oksisetilena memberikan nyala api yang sangat panas (sekitar 3000oC). Karena itu obor oksiasetilena digunaka untuk mengelas logam-logam. Asetilena tidak stabil dan mempunyai kecenderungan untuk mengurai:
C2H2 (g) → 2 C(s) + H2 (g)
Dengan adanya katalis yang sesuai atau bila gas berada dibawah tekanan, reaksi ini dapat terjadi dengan ledakan yang hebat. Karena asetilena termasuk hidrokarbon tidak jenuh, asetilena dapat dihidrogenasi menghasilkan etilena.
C2H2 (g) + H2 (g) → C2H4 (g)
Asetilena mengalami reaksi adisi dengan hydrogen halide dan halogen:
C2H2 (g) + HX (g) → CH2 = CHX (g)
C2H2 (g) + X2 (g) → CHX = CHX (g)
C2H2 (g) + 2 X2 (g) → CH2X – CHX2 (g)

Alkena

Alkena disebut juga olefin, mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum CnH2n, dengan n = 2, 3, …. Alkena yang paling sederhana adalah C2H4, etilena, dimana kedua atom karbonnya terhibridisasi sp2 dan ikatan rangkap duanya terdiri dari satu ikatan sigma dab satu ikatan pi.
Alkena digolongkan dalam hidrokarbon tak jenuh, senyawa dengan ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Hidrokarbon tidak jenuh umummnya mengalami reaksi adisi dimana satu molekul ditambahkan pada molekul yang lain untuk membentuk produk tunggal. Salah satu contoh reaksi adisi adalah hidrogenasi, yaitu penambahan molekul hydrogen ke senyawa yang mengandung ikatan C = C dan C ≡ C.

Hidrogenasi merupakan proses penting dalam industry makanan. Minyak nabati mempunyai nilai gizi yang dapat dipertimbangkan, tetapi kebanyakan minyak harus dihidrogenasi untuk menghilangkan beberapa ikatan C = C sebelum dapat digunakan untuk membuat makanan. Dalam keadaan terbuka, molekul dengan ketidakjenuhan banyak-molekul dengan banyak ikatan C = C mengalami oksidasi yang menghasilkan produk dengan bau tidak enak (minyak nabati yang telah teroksidasi disebut tengik).
Reaksi adisi terhadap ikatan C = C alkena melibatkan hydrogen halide dan halogen.
H2C = CH2 + X2 → CH2X – CH2X ( X mewakili atom Halogen )
H2C = CH2 + HX → CH3 – CH2X
Alkena dapat diadisi dengan menggunakan molekul selain hydrogen, yang menghasilkan senyawa lain seperti haloalkana yang menghasilkan senyawa karbon yang lebih bervariasi lagi

Alkana

Alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2 dengan n = 1, 2, ….. Ciri terpenting dari molekul hidrokarbon alkana adalah hanya terdapat ikatan kovalen tunggal. Alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh karena mengandung jumlah maksimum atom hydrogen yang dapat berikatan dengan sejumlah atom karbon yang ada. Alkana yang paling sederhana (yaitu dengan n = 1) adalah metana CH4, yang merupakan hasil alami penguraian bakteri anaerob dari tanaman-tanaman dalam air.
Alkana biasanya tidak dianggap sebagai senyawa yang sangat reaktif. Tetapi, pada kondisi yang sesuai alkana akan bereaksi. Misalnya, gas alam, bensin, dan minyak tanah adalah alkana yang mengalami reaksi pembakaran yang sangat eksotermik. Reaksi ini sudah lama digunakan dalam proses industry dan untuk pemanas rumah dan memasak.
Disamping pembakaran, alkana mengalami reaksi substitusi di mana satu atau lebih atom lain, biasanya halogen. Sebagai contoh, bila campuran metana dan klorin dipanaskan di atas 1000C atau diradiasi dengan sinar pada panjang gelombang yang cocok, akan dihasilkan metil klorida.
CH4 (g) + Cl2 (g) → CH3Cl (g) + HCl (g)
Bila terdapat kelebihan gas klorin, maka reaksi dapat berlangsung lebih lanjut:
CH3Cl (g) + Cl2 (g) → CH2Cl2 (l) + HCl (g)
CH2Cl2 (g) + Cl2 (g) → CHCl3 (l) + HCl (g)
CHCl3 (g) + Cl2 (g) → CCl4 (l) + HCl (g)
Alkana yang salah satu atom hidrogennya telah tergantikan oleh atom hydrogen disebut alkil halide.
Rantai alkana selain rantai lurus dan bercabang dapat juga berupa rantai siklik yang disebut sikloalkana. Sikloalkana yang paling sederhana adalah siklopropana C3H6. Banyak zat yang penting secara biologis seperti zat pembunuh kuman, gula, kolesterol, dan hormone mengandung satu atau lebih system cincin yang dimaksud. Analisis teoritis menunjukkan bahwa sikloheksana mempunyai dua dua konformasi berbeda yang disebut konfformasi perahu dan kursi yang relative bebas tegangan. Yang dimaksud dengan tegangan adalah ikatan yang termampatkan, teregangkan, atau terputar sehingga menyimpang dari geometri normal yang diramalkan oleh hibridisasi sp3.

Senyawa Organik

Senyawa organic terutama mengandung atom karbon dan atom hydrogen, ditambah nitrogen, oksigen, belerang, dan atom unsure lainnya. Senyawa induk utama semua senyawa organic adalah hidrokarbon – alkana (hanya mengandung ikatan tunggal), alkena (mengandung ikatan rangkap dua), alkuna (mengandung ikatan rangkap tiga), dan hidrokarbon aromatic (mengandung cincin benzene).
Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa dibandingkan unsure lain sebab atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur rantai dan cincin. Pembentukan senyawa karbon ini didasarkan atas ciri khas atom karbon, yaitu:
memiliki konfigurasi electron 2, 4
memiliki electron valensi sebanyak 4, sehingga harus menggabungkan 4 elektronnya dengan electron dari unsure lain untuk berikatan secara kovalen dan mencapai kestabilan menyerupai Neon.
dapat membentuk ikatan sesama atom karbon dan membentuk rantai yang panjang yang lurus atau bercabang dapat membentuk ikatan siklik dan membentuk cincin benzene.
Semua senyawa arganik merupakan turunan dari golongan senyawea yang dikenal sebagai hidrokarbon sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hydrogen dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan utama yaitu alifatik dan aromatic. Hidrokarbon alifatik tidak mengandung gugus benzene atau cincin benzene, sedangkan hidrokarbon aromatic mengandung satu atau lebih cincin benzene.
Hidrokarbon alifatik dibagi menjadi alkana, alkena, dan alkuna.

Rabu, 31 Maret 2010

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PORTOFOLIO DAN PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
DI SMkn 2 KOTA BINJAI

Marahalim


ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dan penggunaan media komputer terhadap hasil belajar kimia pada materi pokok koloid pada kelas XI SMKN 2 Binjai. Penelitian yang dilakukan bersifat quasi eksperimen yaitu memberikan sejumlah perlakuan terhadap dua kelompok belajar berupa pengajaran dengan model pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dan penggunaan media komputer untuk kelompok eksperimen dan penggunaan metode konvensional tanpa media komputer untuk kelompok kontrol. Populasi penelitian ada 7 kelas pada kelas XII SMKN 2 Binjai, Jumlah sampel kelas yang digunakan sebanyak 3 kelas, kemudian kelas yang digunakan sebanyak 6 kelas, dengan 3 kelas eksperimen dan 3 kelas kontrol, dengan teknik Claster sampling.
Analisis data untuk menguji hipotesis dilakukan dengan teknik analisa Uji t satu pihak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas yang diberikan perlakuan dengan pembelajaran inquiry training berbasis Portofolio dan penggunaan media komputer lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode konvensional tanpa media komputer, hal ini terlihat dari analisis perhitungan, berdasarkan uji hipotesis dimana harga thitung > ttabel. Besarnya efektifitas pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dan penggunaan media komputer terhadap pembelajaran konvensional tanpa media komputer adalah 15 %.

PENDAHULUAN
Dalam memperoleh pendidikan yang baik harus memerlukan pengorbanan dalam segala bidang, baik dalam materi, tenaga, uang, dan lain-lain sebagainya. Untuk menguasai perkembangan kemajuan teknologi harus diimbangan dengan ilmu pengetahuan, terutama ilmu kimia yang sangat berperan penting sekali dalam kaitannya dengan disiplin ilmu terapan lainnya seperti: pertanian, kedokteran, biologi, fisika, dan geologi. Menurut Pandley (Dalam Rumansyah, 2001) umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Sehingga konsep-konsep pembelajaran kurang dipahami oleh siswa. Karena belajar memahami konsep lebih penting dari pada belajar hapalan.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang telah teruji kebenarannya secara empiris sejak manusia telah mengenal system ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjawab semua persoalan-persoalan yang berhubungan dengan segala pola hidup. Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relative terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Misalnya pada pokok bahasan koloid yang cakupan materinya banyak dan butuh waktu yang lama untuk mempelajarinya.
Sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sekarang ini, tetapi masih ada kelemahan proses belajar mengajar kimia fakta dilapangan menunjukkan banyak permasalahan yang harus diselesaikan, antara lain: rendahnya pencapaian nilai-nilai kimia baik ulangan harian maupun ulangan umum. Buki ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Sunarya, 2001: 139).
Selain itu fasilitas pendidikan untuk pengajaran kimia masih kurang, dan belum diberdayakan oleh para guru, seperti laboratorium, perpustakaan, komputsi kimia maupun internet. Model pembelajaran inkuiry dapat dijadikan salah satu cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar kimia.
Hasil belajar dengan menggunakan media komputer (M=75.48±10.55), lebih tinggi dari pada menggunakan metode konvensional (M=66.76±9.03),dimana analisis data ini menunjukkan bahwa kedua metode ini berbeda signifikan (tstat10.8821>tcrit 2.7632). Hasil belajar dengan menggunakan media komputer (M=75.48±10.55), lebih tinggi dari pada menggunakan metode konvensional (M=66.76±9.03),dimana analisis data ini menunjukkan bahwa kedua metode ini berbeda signifikan (tstat10.8821>tcrit 2.7632). (Situmorang, M dkk, (2003), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analiti I, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan).
Jika diterapakan model pembelajaran inkuiry berbasis portofolio digabungkan dengan penggunaan media computer akan memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik. Tetapi model pembelajaran seperti masih jarang diterapkan oleh para guru (Sumarsono, 2007:35). Disamping itu pemahaman konsep kimia juga akan lebih nyata dan tidak bersifat abstrak(Sumarsono, 2007:41).

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Penelitian ini membahas berbagai variabel yang dijadikan acuan dan perlu dikembangkan berdasarkan teori yang sudah ada, dimana untuk penelitian yang membahas model pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dan penggunaan media komputer terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini penjelasan tentang variabel-variabel tersebut.
Menurut Joyce dan Weil (1980) serta Costa (1985), model pembelajaran diartikan suatu rencana pembelajaran yang memperlihatkan urutan kegiatan atau fase pembelajaran dimana fase ini tergambarkan kegiatan dan peran guru-siswa di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan kelas yang menyebabkan terjadinya belajar, dengan kata lain model pembelajaran akan memperlihatkan urutan penyajian pengajaran dengan tahapan-tahapan pengajaran sesuai dengan teori belajar yang digunakan sebagai acuannya.
Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, keadaan fisik ruangan, dan pada sistem sosial kelas.
Untuk mengatasi berbagai masalah-masalah dalam melaksanakan pembelajaran, tentunya diperlukan model-model mengajar yang dianggap mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan belajar siswa. Model dapat dipakai sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. (Komaruddin: 2000).
Oleh karena itu, perlu dikembangkan perangkat model pembelajaran, sehingga dalam melaksankan pembelajaran tidak lagi terfokus kepada suatu model pembelajaran, melainkan tercipta berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan diterapkan di dalam kelas. Model pembelajaran yang dirancang sebaiknya melibatkan siswa dalam belajar sehingga benar-benar terjadi “student centered”. Sesuai dengan pendapat Depdiknas (2003), bahwa : peran guru dalam proses pembelajaran, lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga siswa lebih aktif untuk belajar.
Inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran bukan merupakan akhir dari pembelajaran, tetapi anak didik diberikan peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Inkuiri pada dasarnya adalah bertanya, pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan. Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebahagian atau keseluruhan dan pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna (Nurhadi, 2003).
Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan meringkaskan proses ilmiah itu ke dalam waktu yang relatif singkat. Pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dengan baik. Tujuan umum dari model inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan mencari jawaban yang berasal dari keinginan mereka. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gross (2002) yaitu inkuiri akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperiman dan mengumpulkan data. Dengan demikian berarti siswa telah terpancing untuk mengeluarkan ide-ide ketika guru mengajukan suatu masalah.
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “Portfolio”yang artinya dokumen atau surat-surat. Dapat diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut paduan-paduan yang ditentukan. Paduan-paduan ini beragam tergantung mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa, dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji. (Weeks, P, 1998)
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaanya/tugas-tugasnya. Berbagai metode dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis portofolio, seperti metode inquiri, diskusi, pemecahan masalah, E-learning, teknik klarifikasi nilai (VCT), Bermain peran.(Fajar, A, 2002 )

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 kota Binjai. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2008/2009 di semester I kelas XII.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008). Jadi, berdasarkan tujuan penelitian ini maka populasi dalam penelitian adalah semua sekolah kelas XII SMKN 2 kota Binjai, yang berjumlah 7 kelas.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dipilih secara representative, artinya segala karakteristik populasi tercermin dari sampel yang diambil (Sudjana, 1992).
Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu : Variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau dapat dijadikan sebagai bentuk perlakuan, sedangkan variabel terikat adalah hasil akibat dari pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa :
Sebagai variabel bebas, adalah model pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dan penggunaan media komputer.
Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada materi pokok koloid.
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan pemberian model pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dengan media komputer sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang diperoleh dengan penerapan dua perlakuan tersebut pada siswa diberikan tes.

HASIL PENELITIAN
Evaluasi Pendahuluan (Pretes)
Untuk mengetahui keberadaan sampel terhadap penguasaan materi (kemampuan awal) yang akan diajarkan kepada siswa maka terhadap sampel terlebih dahulu diberikan tes pendahuluan (pretes) untuk mendapatkan tingkat pengetahuan sampel untuk pokok bahasan yang diajarkan baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok control yang berada di ketiga sekolah. Dari tes pendahuluan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data pretes kelompok sampel
Sampel Demonstrasi Eksperimen
Eksp 1 Kont 1 Eksp 2 Kont 2
Rata-rata 40,22 37,90 59,58 47,02
Std. Deviasi 10,96 10,47 10,42 9,69

Berdasarkan data evaluasi awal pada table di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan awal semua kelompok sampel memiliki nilai rata-rata yang masih rendah yang dapat diangap memiliki kemampuan yang sama.
Deskripsi Data Tes Akhir (Postes)
Setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan metode demonstrasi dan metode eksperimen maka dilakukan tes akhir pada kelompok sampel, dan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi data postes kelompok sampel
DATA N Min Max Sum Mean SD Variance

POSTES 1 EKSPERIMEN METODE DEMONSTRASI 90 53 83 5996 66,62 5,654 31,968
POSTES 2 EKSPERIMEN METODE DEMONSTRASI 90 53 90 6211 69,01 7,345 53,944

POSTES 1 KONTROL METODE DEMONSTRASI 90 23 83 4543 50,48 15,753 248,162
POSTES 2 KONTROL METODE DEMONSTRASI 90 53 83 6121 68,01 6,501 42,258

POSTES 1 EKSPERIMEN METODE EKSPERIMEN 90 50 87 6319 70,21 8,315 69,135
POSTES 2 EKSPERIMEN METODE EKSPERIMEN 90 57 87 6893 76,59 6,674 44,537

POSTES 1 KONTROL METODE EKSPERIMEN 90 40 83 5773 64,14 9,689 93,878
POSTES 2 KONTROL METODE EKSPERIMEN 90 37 83 5987 66,52 8,750 76,567

Berdasarkan data dapat dilihat bahwa data pretes sangat berbeda dengan data postes 1 dan postes 2 pada setiap kelompok sampel. Ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam kegiatan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa, baik metode demonstrasi maupun metode eksperimen.
Selain itu, berdasarkan uji statistic untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar kimia secara signifikan dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode eksperimen, digunakan uji paired sample t-test dengan menggunakan program SPSS diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data hasil uji paired sample t-test


Paired Differences t

df

Sig.
(2-tailed)


Mean Std.
Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretes eksperimen metode demonstrasi - postes 1 eksperimen metode demonstrasi -26,400 10,903 1,149 -28,684 -24,116 -22,971 89 ,000
Pair 2 Pretes eksperimen metode demonstrasi - postes 2 eksperimen metode demonstrasi -28,789 12,041 1,269 -31,311 -26,267 -22,683 89 ,000
Pair 3 Pretes kontrol metode demonstrasi - postes 1 kontrol metode demonstrasi -12,578 15,662 1,651 -15,858 -9,297 -7,619 89 ,000
Pair 4 Pretes kontrol metode demonstrasi - postes 2 kontrol metode demonstrasi -30,111 11,872 1,251 -32,598 -27,624 -24,061 89 ,000
Pair 5 Pretes eksperimen metode eksperimen - postes 1 eksperimen metode eksperimen -10,633 11,081 1,168 -12,954 -8,312 -9,103 89 ,000
Pair 6 Pretes eksperimen metode eksperimen - postes 2 eksperimen metode eksperimen -17,011 12,560 1,324 -19,642 -14,381 -12,849 89 ,000
Pair 7 Pretes kontrol metode eksperimen - postes 1 kontrol metode eksperimen -17,122 16,778 1,769 -20,636 -13,608 -9,681 89 ,000
Pair 8 Pretes kontrol metode eksperimen - postes 2 kontrol metode eksperimen -19,500 17,204 1,813 -23,103 -15,897 -10,753 89 ,000


Berdasarkan data pada table di atas, dapat dilihat bahwa harga signifikan pada semua kelompok sampel bernilai 0,000 < 0,05, yang berarti dapat dikatakan bahwa secara signifikan terdapat peningkatan hasil belajar kimia siswa pada semua kelompok sampel dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode eksperimen.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan data postes 1 dan postes 2 yang diperoleh pada setiap kelompok sampel, dapat dilihat apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode eksperimen dengan menggunakan uji independent sample t-test dengan program SPSS, dan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data hasil uji independent sampel t-test untuk postes 1 kelompok demonstrasi





Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig.
(2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Postes 1 Equal variances assumed 91,370 ,000 9,151 178 ,000 16,144 1,764 12,663 19,626
Equal variances not assumed 9,151 111,555 ,000 16,144 1,764 12,649 19,640


Tabel 4.5 Data hasil uji independent sampel t-test untuk postes 2 kelompok demonstrasi






Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig.
(2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Postes 2 Equal variances assumed ,506 ,478 ,967 178 ,335 1,000 1,034 -1,040 3,040
Equal variances not assumed ,967 175,412 ,335 1,000 1,034 -1,040 3,040

Tabel 4.6 Data hasil uji independent sampel t-test untuk postes 1 kelompok eksperimen






Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F
Sig.
T
df
Sig.
(2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Postes 1 Equal variances assumed 1,582 ,210 4,508 178 ,000 6,067 1,346 3,411 8,722
Equal variances not assumed 4,508 173,991 ,000 6,067 1,346 3,410 8,723

Tabel 4.7 Data hasil uji independent sampel t-test untuk postes 2 kelompok eksperimen






Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig.
(2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Postes 2 Equal variances assumed 2,195 ,140 8,678 178 ,000 10,067 1,160 7,778 12,356
Equal variances not assumed 8,678 166,363 ,000 10,067 1,160 7,776 12,357


KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa :
Hasil belajar kelas yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis Portofolio dan penggunaan media komputer lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode konvensional tanpa media komputer, hal ini terlihat dari analisis perhitungan, berdasarkan uji hipotesis dimana harga thitung > ttabel.
Efektivitas hasil belajar dengan model pembelajaran inquiry training berbasis Portofolio dan penggunaan media komputer terhadap pembelajaran konvensional tanpa media komputer sebesar 15 %. Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti menyarankan :Guru sebaiknya dalam memilih model pembelajaran harus menyesuaikannya dengan materi bahan ajar. Dalam proses belajar mengajar kimia, khususnya pokok bahasa reaksi oksidasi dan reduksi, penggunaan media komputer merupakan usaha yang sangat efektif bagi guru untuk memaksimalkan pembelajaran. Guru harus dapat mengkondisikan jumlah anggota dan kelompok belajar agar penggunaan pembelajaran inquiry training berbasis portofolio dapat semaksimal mungkin dilakukan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru sebaiknya memilih aplikasi komputer yang tepat untuk setiap metode pembelajaran tiap pokok bahasan yang diajarkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan tujuan untuk mengkaji apa yang menjadi penyebab terjadinya kesulitan pencapaian kompetensi dasar secara keseluruhan, dengan mengkombinasikan berbagai macam model pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Prof. Manihar Situmorang yang banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam tulisan ini dan juga memberi kesempatan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.

Budimansyah, D., (2003), Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Biologi, Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Depdiknas, (2003). Kurikulum Mata Pelajaran Kimia. Jakarta : Depdiknas.
Gerlach, V. G. dan Ely, D. P., (1971) Teaching and Media. Systematic Approach. Englewood Clifft : Frentice-Hall, Inc.

Roestiyah., (1991), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Gramedia Widia Sarana Indonesia Jakarta.

Sardiman, S. A., (2003). Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N dan Rivai, A., (2001). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Situmorang, M dkk, (2003), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analiti I, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan.

Sugiono, (2008), Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung

Weeks, P. (1998). The Teaching Portfolio: a professional development tool. International Journal of Academic Development, 3(1), 70-74.

Pembelajaran Kimia

Pembelajaran kimia membutuhkan keterampilan dalam mengelola kelas dan memotivasi siswa